Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Riset Pemasaran untuk Industri Fashion

Rili Herdalda
Riset Pemasaran untuk Industri Fashion

Evin
Hei, fashion enthusiast! Pernahkah kamu penasaran bagaimana sebuah tren fashion bisa muncul dan menyebar begitu cepat?

Atau kenapa beberapa brand pakaian bisa begitu sukses sementara yang lain tenggelam dalam persaingan?

Jawabannya ada pada riset pemasaran, rahasia di balik layar industri fashion yang penuh gemerlap.

{tocify} $title={Table of Contents}

DNA Industri Fashion Modern

Industri fashion itu ibarat mahluk yang terus berevolusi. Dia tidak pernah diam, selalu bergerak, dan terkadang arahnya sulit diprediksi. Nah, di sinilah riset pemasaran berperan sebagai alat penunjuk arah.

"Kalau kamu tidak mengenal konsumenmu, bagaimana kamu bisa menyapa mereka dengan produk yang tepat?"

Begitulah prinsip dasar yang dipegang para pebisnis fashion sukses. Tidak cukup hanya punya desain bagus, kamu juga perlu tahu siapa yang akan memakainya dan bagaimana cara menjangkau mereka.

Kenapa Riset Pemasaran Itu Penting?

Riset pemasaran membantumu untuk:

1. Mengenal target audiensmu hingga detail terkecil

2. Memahami apa yang diinginkan dan dibutuhkan konsumen

3. Mengidentifikasi celah pasar yang belum digarap kompetitor

4. Menentukan strategi harga yang tepat sasaran

5. Memilih channel pemasaran yang efektif untuk menjangkau calon pelanggan

Metode Riset buat Brand Fashion

Ada beragam cara metode yang bisa dipakai buat memprediksi industri fashion:

1. Observasi Trend dan Analisis Sosmed

Kamu tahu tidak, sebelum "oversized t-shirt" menjadi tren, para analis fashion sudah mengamati pergeseran preferensi konsumen melalui data sosial media? Hashtag, engagement post, dan bahkan konten yang disukai oleh influencer jadi sinyal awal kemunculan tren.

"Social listening tools sekarang jadi sahabat karib brand fashion," kata Diana, seorang fashion analyst. "Dari sana kita bisa tahu apa yang lagi dibicarakan, apa yang disukai, dan bahkan prediksi apa yang akan jadi tren beberapa bulan ke depan."

2. Survey dan Focus Group Discussion

Metode klasik yang tetap ampuh. Beberapa brand fashion lokal seperti This Is April dan Cottonink rutin mengadakan survey untuk mengetahui preferensi konsumen mereka.

Hasilnya?

Mereka bisa merilis koleksi yang selalu ditunggu dan ludes dalam hitungan jam.

"FGD bukan sekadar ngobrol santai. Ini adalah sesi yang sangat terstruktur untuk menggali insight mendalam dari konsumen," jelas Reza, konsultan riset pemasaran.

"Dari ekspresi wajah hingga pilihan kata, semuanya dianalisis untuk memahami psikologi konsumen."

3. Analisis Big Data untuk Prediksi Trend

Zara, H&M, dan Uniqlo tidak main-main soal data. Mereka menggunakan teknologi AI dan machine learning untuk menganalisis jutaan data penjualan, search trend, hingga pola belanja konsumen.

Karena itulah mereka bisa memprediksi dengan akurasi tinggi produk mana yang akan laris dan kapan waktu terbaik untuk meluncurkannya.

"Di era digital, fashion tidak lagi sekadar tentang intuisi desainer. Data adalah bahan bakar utama untuk inovasi dan strategi pemasaran," ungkap Budi, seorang data scientist yang bekerja untuk brand fashion premium.

Studi Kasus

Mari kita lihat bagaimana SOMEDAY, brand lokal yang awalnya hanya punya modal pas-pasan, bisa bersaing dengan brand internasional bermodal besar.

Kunci suksesnya? Riset pasar yang mendalam!

SOMEDAY melakukan riset pasar mendalam selama 6 bulan sebelum peluncuran. Mereka mengidentifikasi bahwa ada gap di pasar untuk pakaian kerja wanita yang stylish namun nyaman dan affordable.

Melalui survey online terhadap 1.000 wanita pekerja di kota besar, mereka menemukan:

- 78% responden merasa sulit menemukan pakaian kerja yang stylish dan nyaman sekaligus

- 82% merasa harga pakaian kerja berkualitas terlalu mahal

- 65% mencari pakaian kerja yang versatile (bisa dipakai dari kantor ke acara after-office)

Dengan insight ini, SOMEDAY merancang lini produk yang tepat sasaran dan strategi pemasaran yang fokus di platform yang paling banyak digunakan target audiensnya.

Sehingga, dalam setahun merek baju ini bisa membuka 3 toko fisik dan memiliki basis pengikut loyal.

Alat Riset Modern untuk Fashion Brand

Zaman berubah, metode riset pun ikut berevolusi. Berikut beberapa tools yang populer digunakan fashion brand saat ini:

1. Fashion Trend Forecasting Tools

Platforms seperti WGSN dan Fashion Snoops membantu brand untuk stay ahead of the curve dengan prediksi tren yang akurat.

Tools ini menganalisis runway shows, street style, dan berbagai sumber inspirasi fashion global untuk memberikan insight tentang warna, material, dan siluet yang akan trend.

2. Social Media Analytics

Brandwatch, Sprinklr, dan Hootsuite bukan sekadar alat posting konten. Mereka juga menyediakan analisis mendalam tentang percakapan seputar fashion di dunia digital.

Brand bisa memonitor mention mereka, hashtag terkait, dan bahkan sentimen konsumen terhadap koleksi tertentu.

3. E-commerce Analytics

Google Analytics, Shopify Analytics, dan platform serupa memberikan data berharga tentang perilaku konsumen online. Dari sini, brand bisa tahu produk mana yang paling banyak dilihat, ditambahkan ke keranjang tapi tidak dibeli, atau justru langsung checkout.

"Analisis e-commerce membuka cakrawala baru dalam memahami konsumen," kata Mira, digital marketer sebuah brand fashion lokal. "Kita bisa melihat di tahap mana konsumen ragu-ragu dan mengapa mereka tidak jadi membeli."

Tantangan Riset di Era Fashion

Industri fashion bergerak super cepat. Apa yang lagi trend hari ini bisa jadi passé besok. Ini menciptakan tantangan tersendiri dalam riset pemasaran.

1. Siklus Trend yang Makin Pendek

Dulu satu trend fashion bisa bertahan berbulan-bulan, bahkan bertahun-tahun. Sekarang? Berkat sosial media dan fast fashion, siklus trend bisa hanya beberapa minggu. Riset pemasaran harus beradaptasi dengan kecepatan ini.

"Kita sekarang melakukan mini research secara berkelanjutan, bukan big research sekali setahun," ungkap Dian, marketing director di salah satu brand fashion terkemuka.

2. Fragmentasi Konsumen Semakin Kompleks

Gen alpha, Gen Z, Millennials, Gen X—masing-masing punya preferensi dan perilaku belanja yang berbeda. Belum lagi pembagian berdasarkan gaya hidup, nilai personal, hingga tingkat pendapatan. Memahami konsumen jadi semakin kompleks.

"Tidak ada lagi one-size-fits-all dalam strategi pemasaran fashion," kata Putra, brand strategist. "Setiap segmen perlu pendekatan riset yang berbeda."

3. Sustainability sebagai Faktor Penentu

Tren fashion berkelanjutan bukan sekadar buzzword. Ini adalah pergeseran fundamental dalam industri yang membutuhkan riset mendalam. Brand perlu memahami seberapa penting sustainability bagi target konsumen mereka dan bagaimana hal ini mempengaruhi keputusan pembelian.

Tips Riset Pemasaran untuk Brand Fashion

Apakah kamu sedang merintis brand fashion atau ingin menyegarkan strategi brand yang sudah ada?

Tidak perlu langsung riset besar-besaran. Mulailah dari lingkaran terdekat. Buat survey sederhana dan sebarkan ke jaringan pertemanan, keluarga, dan kenalan yang masuk dalam kategori target pasar potensialmu.

Budget terbatas bukan halangan. Google Forms, SurveyMonkey, bahkan fitur polling di Instagram Stories bisa jadi alat riset efektif jika digunakan dengan tepat.

Banyak mahasiswa jurusan fashion, marketing, atau bisnis yang mencari proyek riset untuk tugas akhir mereka. Ini bisa jadi win-win collaboration yang menghemat biaya.

Riset bukan kegiatan one-time. Buatlah sistem untuk terus mengumpulkan feedback dari konsumen. Hal sederhana seperti kartu feedback di packaging atau follow-up email bisa jadi sumber insight berharga.

Kesimpulan

Dalam industri yang secepat kilat dan sekompetitif fashion, keputusan bisnis tak bisa lagi didasarkan pada intuisi semata. Riset pemasaran yang mendalam adalah fondasi yang membedakan brand yang bertahan dan berkembang dari yang hanya menjadi tren sesaat.

Seperti kata desainer terkenal Yves Saint Laurent, "Fashion fades, style is eternal." Begitu juga dengan riset pemasaran, tren boleh datang dan pergi, tapi pemahaman mendalam tentang konsumenmu akan selalu menjadi aset tak ternilai.

Jadi, sebelum kamu meluncurkan koleksi baru atau menentukan strategi marketing tahun depan, luangkan waktu untuk mengenal pasar dan konsumenmu. Karena di balik setiap koleksi fashion yang sukses, ada riset pemasaran yang solid di belakangnya.

Mari jadikan riset sebagai sahabat, bukan momok. Karena sesungguhnya, memahami konsumen adalah langkah pertama dalam menciptakan fashion yang tidak hanya indah dipandang, tapi juga bermakna dan diinginkan.

Posting Komentar untuk "Riset Pemasaran untuk Industri Fashion"