Menimbang Untung Rugi Sistem Bagi Hasil dalam Industri Kuliner
Menimbang Untung Rugi Sistem Bagi Hasil dalam Industri Kuliner
Evin - Coba ada di posisi ini, kamu punya resep rahasia bikin nasi goreng yang bikin orang ketagihan. Tapi, kamu nggak punya modal buat buka resto.
Di sisi lain, ada temen kamu yang punya tempat strategis dan modal, tapi dia buta soal masak-memasak. Nah, situasi kayak gini yang bikin sistem bagi hasil bisnis kuliner jadi pilihan menarik.
{tocify} $title={Table of Contents}
Apa Sih Sebenernya Sistem Bagi Hasil Itu?
Gampangnya, sistem bagi hasil itu kayak nikah tanpa KUA. Dua pihak (atau lebih) sepakat untuk bareng-bareng menjalankan bisnis kuliner dengan kontribusi berbeda-beda, terus keuntungannya dibagi sesuai kesepakatan.
Ada yang nyumbang resep, ada yang modal, ada yang tenaga, ada yang tempat. Semua dikombinasikan untuk bikin satu usaha yang (hopefully) sukses.
Di Indonesia, model begini nggak asing lagi. Dari warung kopi pinggir jalan sampai restoran fine dining, banyak yang pakai skema partnership begini. Apalagi sekarang industri kuliner lagi booming, makin banyak deh yang tertarik coba peruntungan dengan sistem profit sharing.
Kenapa Sistem Bagi Hasil Menarik?
Terus, kenapa sih para entrepreneur banyak dari mereka yang lebih memilih bagi hasil dibanding buka usaha tunggal?
1. Modal Terbagi, Risiko Terbagi
Buka usaha kuliner itu nggak murah, bro-sis. Dari sewa tempat, renovasi, peralatan dapur, bahan baku, sampai gaji karyawan, semua butuh kocek yang nggak sedikit. Dengan sistem bagi hasil, beban ini bisa ditanggung bareng-bareng.
Seperti kata Pak Joko, owner Warung Berkah yang udah 5 tahun pakai sistem bagi hasil: "Kalau sendirian, saya nggak mungkin bisa buka warung sebesar ini. Dengan partner yang nyumbang tempat dan sebagian modal, kita bisa mulai dengan lebih tenang."
2. Kolaborasi Skill Saling Melengkapi
Chef berbakat belum tentu jago bisnis. Pengusaha jago belum tentu bisa masak. Sistem bagi hasil memungkinkan kolaborasi yang saling mengisi.
"Gue jago masak, tapi kalau soal manage duit, aduh, buta total," kata Mbak Dina, chef di Kedai Rempah yang bermitra dengan teman kuliahnya yang lulusan manajemen. "Untungnya partner gue jago banget soal financial planning. Kita kayak puzzle yang pas."
3. Networking Jadi Luas
Ketika beberapa orang bergabung dalam satu usaha, otomatis jaringan koneksi jadi lebih luas. Partner A kenal supplier bahan baku murah, Partner B punya koneksi di dunia perhotelan yang bisa jadi pelanggan, Partner C punya temen influencer yang bisa bantu promosi.
Semakin banyak yang bermain, maka semakin ramai pula relasi yang kita punya dengan berbagai variasi latar belakang.
Tapi Tunggu, Ada Minusnya Juga
Sistem bagi hasil itu kayak pacaran. Indah di awal, tapi bisa jadi drama kalau nggak hati-hati. Apa aja sih risikonya?
1. Kerja dan Keuntungan Gak Adil
Ini nih, sumber drama nomor satu. Awalnya, semua semangat. Tapi lama-lama, ada yang merasa kerja lebih banyak tapi dapat bagian yang sama. Atau ada yang ngerasa idenya lebih banyak dipakai tapi profit-sharing-nya nggak sesuai.
Chef Bimo, yang pernah gagal dengan sistem bagi hasil, berbagi: "Dulu saya kerja 12 jam sehari di dapur, sementara partner saya cuma datang seminggu dua kali buat cek laporan. Tapi dia dapat 50%. Lama-lama saya nggak terima."
2. Konflik Visi dan Kepemimpinan
"Gue pengin menu kita fokus ke makanan sehat dengan harga premium."
"Tapi gue maunya menu murah meriah yang bisa dijangkau semua kalangan!"
Sound familiar? Perbedaan visi dan kepemimpinan bisa jadi sumber konflik yang bikin usaha mandek atau bahkan bubar.
3. Transparansi Keuangan Dipertanyakan
Tanpa sistem keuangan yang transparan dan profesional, kecurigaan bisa muncul. "Kok pemasukan segini tapi keuntungan cuma segitu?" atau "Pengeluaran kok banyak banget ya?"
Hal itu adalah pertanyaan-pertanyaan yang bisa memicu ketegangan. Dan mungkin lama kelamaan malah bisa bikin kafe bubar.
Tips Bikin Sistem Bagi Hasil
Setelah mewawancarai puluhan pelaku usaha kuliner yang sukses dengan sistem bagi hasil, berikut adalah tips jitu yang bisa diterapkan:
1. Bikin Perjanjian Tertulis
Meski sama temen atau saudara, tetap bikin perjanjian tertulis yang detail. Atur semuanya dari awal. Kontribusi masing-masing, pembagian keuntungan, prosedur jika ada yang mau keluar, sampai penyelesaian jika ada konflik.
Konsultan bisnis kuliner Diana Putri menegaskan: "Saya selalu sarankan klien untuk bikin perjanjian tertulis. Bukan berarti nggak percaya, tapi untuk menghindari kesalahpahaman di kemudian hari."
2. Komunikasi Terbuka dan Evaluasi Rutin
Jadwalkan meeting rutin untuk evaluasi. Minimal sebulan sekali, bahas apa yang udah jalan baik dan apa yang perlu diperbaiki. Jangan tunggu masalah membesar baru dibahas.
"Setiap Senin pagi, kita meeting. Ada yang nggak sreg langsung dibahas. Jadi nggak ada yang mendem uneg-uneg," ujar Rini dari Kedai Mama yang udah 7 tahun sukses dengan sistem profit sharing.
3. Pilih Partner
Chemistry itu penting. Kalau orangnya cocok, konflik pun bisa diselesaikan dengan kepala dingin. Sebaliknya, meski skillnya top tapi chemistry nggak ada, ya apa gunanya?
"Kita udah temenan 10 tahun sebelum bisnis bareng. Jadi udah paham banget karakter masing-masing," kata Agus dari Warung Seafood Bang Jago yang kini punya 5 cabang.
4. Tentukan "What If Scenarios"
Diskusikan dari awal: what if usaha rugi? What if ada yang mau keluar? What if kita mau ekspansi tapi modalnya kurang? Dengan membahas skenario-skenario ini dari awal, kita bisa mencegah kebingungan dan konflik di masa depan.
Jangan tunggu masalah kecil jadi tambah besar. Karena, ini akan berakibat mundurnya atau bahkan gulung tikarnya tempat usaha food and beverages kita.
Conclusion
Jadi, worth it nggak sistem bagi hasil dalam industri kuliner? Jawabannya tergantung. Dengan persiapan matang, komunikasi terbuka, dan dokumen legal yang jelas, sistem bagi hasil bisa jadi win-win solution yang menguntungkan semua pihak.
Tapi tanpa semua itu, siap-siap aja menghadapi drama yang bisa bikin usaha kandas di tengah jalan. Inget, di dunia kuliner yang kompetitif ini, yang bikin gagal nggak cuma soal rasa makanan atau lokasi, tapi juga hubungan antar pemilik usaha.
Jadi, kalau kamu lagi mikir untuk mulai usaha kuliner dengan sistem bagi hasil, pikir matang-matang dulu. Timbang plus-minusnya, pilih partner dengan cermat, dan siapkan semua dokumen yang diperlukan. Dengan persiapan yang tepat, impian punya "empire kuliner" bisa jadi kenyataan!
Posting Komentar untuk "Menimbang Untung Rugi Sistem Bagi Hasil dalam Industri Kuliner"